
š· Sumber foto: Instagram @satlantas_polresindramayu
Indramayu, 17 Juni 2025 — Pemandangan mengejutkan terjadi pada Selasa pagi (17/6/2025) di Jalan Murahnara, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Dua orang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) tertangkap tengah berboncengan mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Mereka dihentikan oleh petugas dari Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Indramayu tepat di depan SMP Negeri 2 Sindang.
Temuan ini sontak menjadi perhatian masyarakat, terutama para pengendara lain yang melintas di lokasi. Pasalnya, selain tidak memakai helm, kedua bocah tersebut belum cukup umur untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan belum pantas untuk berkendara di jalan umum.
š„ Cuplikan penindakan oleh Satlantas Polres Indramayu terhadap siswa SD yang mengendarai motor tanpa helm di depan SMPN 2 Sindang. ( Sumber : Satlantas Polres Indramayu )
Bukan Sekadar Pelanggaran, Tapi Juga Ancaman Nyawa
Dalam keterangan kepada media, Kanit Laka Satlantas Polres Indramayu menyebut bahwa kejadian seperti ini bukan yang pertama. Namun, tetap saja menjadi keprihatinan bersama karena melibatkan anak di bawah umur. Apalagi, faktor keselamatan menjadi taruhan besar dalam kasus ini.
“Ini bukan sekadar pelanggaran lalu lintas. Kita bicara soal nyawa. Anak-anak ini belum memahami risiko berkendara. Mereka belum memiliki kemampuan dan kedewasaan dalam mengendalikan kendaraan bermotor di jalan umum yang padat dan rawan,” ujar petugas di lokasi.
Kendaraan yang digunakan langsung diamankan untuk kepentingan pembinaan lebih lanjut. Sementara kedua anak dikembalikan ke orang tua masing-masing dengan disertai teguran dan edukasi.
Orang Tua Perlu Introspeksi
Peran orang tua menjadi sorotan utama dalam kasus ini. Tak jarang, orang tua justru memberikan izin, bahkan memfasilitasi anak-anak mereka untuk menggunakan sepeda motor, padahal mereka belum cukup umur dan belum memahami aturan serta risiko berlalu lintas.
“Bocah SD durung waktune nyoba-nyoba numpak motor dewek. Dudu cuma nglanggar aturan, tapi bisa mbahayani nyawane,” ungkap seorang petugas dalam pesan edukatif berbahasa Jawa kepada masyarakat.
Mengapa Ini Berbahaya?
Anak-anak belum memiliki kesiapan secara fisik maupun mental untuk menghadapi tantangan di jalan raya. Mereka cenderung belum memahami situasi lalu lintas, belum bisa mengambil keputusan cepat saat kondisi darurat, dan sering kali tidak bisa mengendalikan kendaraan secara baik — apalagi jika berboncengan.
Statistik kecelakaan menunjukkan bahwa pengendara usia muda memiliki risiko kecelakaan lebih tinggi, sering kali tanpa perlengkapan keselamatan, seperti helm dan jaket pelindung — sebagaimana dalam kasus ini.
Baca Juga:
Perlu Upaya Bersama: Orang Tua, Sekolah, dan Pemerintah
Pencegahan butuh sinergi antara orang tua, pihak sekolah, dan aparat penegak hukum. Sekolah bisa aktif mengedukasi lalu lintas, termasuk lewat kerja sama dengan Satlantas dalam program “Police Goes to School”.
Kampanye keselamatan berkendara harus dilakukan sejak dini, menyasar anak-anak dan orang tua sebagai pengambil keputusan utama di rumah.
“Kadang orang tuanya sendiri yang memberi motor, bahkan bangga kalau anaknya bisa nyetir. Padahal itu sama saja membiarkan anaknya terpapar bahaya,” ujar seorang guru di wilayah Sindang.
Tanggung Jawab Sosial Masyarakat
Masyarakat pun punya peran. Jangan sekadar menyaksikan, warga bisa mengingatkan atau melapor jika melihat anak-anak mengendarai motor tanpa izin. Warung dan tempat parkir juga diimbau tidak memfasilitasi anak-anak di bawah umur.
Himbauan Satlantas: Jangan Tunggu Sampai Ada Korban
Satlantas Polres Indramayu menegaskan bahwa tindakan tegas tetap dilakukan, namun pendekatan edukatif tetap diutamakan.
“Jangan sampai kita baru sadar pentingnya keselamatan setelah terjadi kecelakaan. Pencegahan jauh lebih baik daripada penyesalan,” tegas petugas.
Ke depan, Satlantas akan meningkatkan patroli di sekitar sekolah dan memperluas sosialisasi kepada orang tua dan siswa di berbagai kecamatan.
Penutup: Keselamatan adalah Tanggung Jawab Bersama
Kejadian ini adalah cerminan fenomena besar: kurangnya kepedulian terhadap keselamatan anak. Pemerintah dan kepolisian bisa bertindak, tapi semua akan lebih efektif jika didukung keluarga dan masyarakat.
“Aja sampe keduhung baka wis kejadian.”
Tidak ada komentar
Posting Komentar