Netanyahu Menganggap Dirinya 'Pahlawan Perang' Setelah Sukses Membalas Serangan Iran

Netanyahu Menganggap Dirinya 'Pahlawan Perang' Setelah Sukses Membalas Serangan Iran
Protes warga Israel, Netanyahu berpidato, dan analis politik bahas konflik Gaza
Protes warga Israel, pidato Netanyahu, dan analisis politik soal perang Gaza.

Jakarta, 29 Juni 2025 – Marwan Bashar Alazer, analis politik senior, memaparkan perkembangan mengejutkan dalam dinamika konflik Gaza. Dikutip dari Al Jazeera, marwan menyatakan bahwa gencatan senjata antara Iran dan kekuatan internasional telah menjadi faktor penting yang memicu harapan baru akan berakhirnya perang di Gaza.

"Tak diragukan lagi, ini salah satu faktor krusial," kata Marwan. Ia menyoroti bagaimana Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memanfaatkan momen ini untuk memoles citra dirinya sebagai pahlawan perang setelah sukses membalas serangan Iran. "Dia pikir dia bisa membeli waktu hari ini, bahkan jika beberapa mitra koalisi yang lebih fasis meninggalkannya," ujarnya.

Namun menurut Marwan, motivasi Netanyahu bukan semata demi perdamaian. "Dia membutuhkannya untuk kembali mencalonkan diri dalam pemilu," tegasnya.

Fakta menarik datang dari opini publik Israel sendiri. "Survei terbaru menunjukkan 75% warga Israel menginginkan berakhirnya perang, bukan hanya gencatan senjata," ungkap Marwan. Ini menjadi tekanan politik tersendiri bagi Netanyahu yang hingga kini masih bersikeras ingin terus menguasai Gaza secara militer.

Militer Israel, tambahnya, bahkan secara terang-terangan mengakui bahwa "tidak ada lagi target tersisa di Gaza. Kota itu telah hancur total."

Tak kalah penting, tekanan juga datang dari Amerika Serikat. Menurut bocoran yang beredar di media Israel, pemerintahan Trump dilaporkan telah menyampaikan ultimatum kepada Netanyahu: "Jangan datang ke Washington kecuali sudah membawa kesepakatan di meja perundingan."

Marwan menilai bahwa ini menjadi pendorong utama untuk mendorong kesepakatan gencatan senjata. Jika berhasil, kemungkinan akan muncul upaya baru untuk menghidupkan kembali normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab melalui perluasan Kesepakatan Abraham.

Namun, ia mengingatkan akan ironi besar yang tersembunyi: "Ini adalah kenyataan menakjubkan—Israel justru dihadiahi normalisasi hubungan dengan negara Arab tertentu dua tahun setelah melakukan genosida di Gaza."

Menurut Marwan, hambatan terbesar tetap pada keengganan Netanyahu untuk benar-benar mengakhiri perang. "Ia bersikeras hanya ingin gencatan senjata sementara, karena tujuannya tetap menduduki Gaza," tegasnya. Ini menimbulkan ketegangan dengan Hamas, yang juga berada dalam posisi terdesak namun tak ingin menyerah begitu saja.

"Hamas tidak akan menyerahkan 20–50 tawanan terakhir tanpa jaminan diakhirinya perang. Itu akan menjadi bunuh diri politis bagi mereka," ujarnya. Garis merah bagi Hamas, tambah Marwan, adalah penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. "Anda tidak bisa mengakhiri perang tapi tetap menduduki Gaza. Itu hal yang mustahil," katanya.

Menutup wawancara, Marwan menilai bahwa Netanyahu sedang memainkan skenario besar. "Dia mungkin berpikir: jika dia bisa menyenangkan Trump, membalas Iran, membawa perdamaian ke Gaza, maka ia bisa mencalonkan diri sebagai tokoh damai. Ini perjudian politik kelas tinggi," tuturnya.

Meski koalisinya rapuh dan penuh tekanan, Marwan yakin bahwa kekuatan politik Netanyahu belum bisa diremehkan. "Saat ini, sebagian publik melihatnya sebagai pahlawan yang menang melawan Iran dalam 12 hari. Ini bisa menjadi modal besar menuju pemilu."

© 2025 Amsor TV. Semua Hak Dilindungi.

Belum ada Komentar untuk "Netanyahu Menganggap Dirinya 'Pahlawan Perang' Setelah Sukses Membalas Serangan Iran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel