Jakarta – Praktik prostitusi yang melibatkan kalangan selebritas tanah air kembali menjadi sorotan publik setelah eks-mucikari, Robi Abas, tampil blak-blakan mengungkap kisah kelam di balik layar industri hiburan. Melalui wawancara mendalam, Robi mengisahkan berbagai modus, jaringan, hingga dinamika bisnis haram yang pernah dijalaninya sebelum ditangkap polisi pada 2015 silam.
Dalam pengakuan panjangnya, Robi tidak hanya membongkar bagaimana praktik prostitusi artis dijalankan secara sistematis, tetapi juga menguak sejumlah nama beken dan bagaimana status sosial mereka turut dimanfaatkan untuk menaikkan “nilai jual” dalam transaksi gelap tersebut.
.png)
Modus Halus di Balik Nama Besar
Robi menjelaskan bahwa tidak semua transaksi prostitusi dilakukan secara vulgar. Justru, dalam banyak kasus, praktik ini dibungkus rapi lewat kedok “job entertain,” “dinner dengan klien,” atau “undangan private party.”
“Klien-klien itu rata-rata orang berduit. Mereka tidak mau ambil risiko ketahuan. Makanya semua transaksi dibungkus secara rapi. Bisa dalam bentuk dinner, liburan bareng, atau sekadar 'meet and greet' yang akhirnya mengarah ke hal lain,” ujar Robi.
Rantai Bisnis yang Terorganisir
Menurut Robi, praktik prostitusi artis dijalankan oleh jaringan terstruktur, mulai dari perekrut, penghubung, pengatur jadwal, hingga tim keamanan. Biasanya, artis tidak berhubungan langsung dengan klien, melainkan melalui manajer atau pihak ketiga.
“Saya tidak langsung kontak artis. Biasanya lewat manajer atau teman dekat mereka. Ada juga yang memang sudah tahu tarifnya dan minta dicocokkan dengan klien,” katanya.
Polisi, Media, dan "Permainan Kotor"
Robi menyayangkan bahwa penegakan hukum terhadap praktik ini cenderung setengah hati. Bahkan, menurutnya, aparat dan media justru terkesan membiarkan praktik ini berjalan selama tidak mencuat ke publik.
“Kalau tidak viral, ya dibiarkan. Tapi begitu kasus meledak, langsung digiring opini seolah hanya mucikari dan artis yang salah. Padahal aktor utamanya adalah klien-klien itu,” ucap Robi.
Nama-Nama Besar dan Ketakutan Akan Skandal
Meski tidak menyebut nama secara langsung, Robi mengaku beberapa artis yang pernah ia “kelola” masih aktif di dunia hiburan. Beberapa bahkan mengalami peningkatan karier usai bebas dari kasus tersebut.
“Saya tidak mau buka nama. Tapi sebagian besar mereka sekarang masih eksis. Ada yang main film, sinetron, jadi brand ambassador,” ujarnya.
Upaya Bertobat dan Memulai Hidup Baru
Pasca keluar dari penjara, Robi memilih meninggalkan dunia hitam dan memulai hidup baru dengan berbisnis properti. Ia juga kerap diundang dalam forum diskusi sosial untuk berbagi pengalaman.
“Saya tidak bangga dengan masa lalu saya. Tapi saya juga tidak mau membohongi publik. Ini kenyataan yang harus dibongkar supaya tidak ada lagi yang terjerumus,” ujarnya.
Refleksi untuk Dunia Hiburan dan Masyarakat
Pengakuan Robi memberi pelajaran penting bahwa industri hiburan tidak selalu glamor. Banyak pekerja seni hidup dalam tekanan finansial dan sosial, yang mendorong mereka mengambil jalan pintas.
Manajemen artis dan agensi perlu lebih peduli pada kesejahteraan artis, bukan sekadar mengejar keuntungan atau popularitas sesaat.
Perlunya Perubahan Regulasi dan Perlindungan Korban
Robi berharap negara lebih adil dalam menindak praktik prostitusi, tidak hanya menyalahkan pihak perempuan atau mucikari. Regulasi harus menyentuh pengguna jasa dan memberi rehabilitasi bagi korban.
“Banyak dari mereka tidak punya pilihan. Mau kerja lain susah, sementara ada tekanan untuk tampil glamor,” katanya.
Penutup: Membongkar, Bukan Menghakimi
Pengakuan Robi seharusnya dilihat bukan sebagai sensasi, tetapi sebagai alarm bagi dunia hiburan dan masyarakat luas untuk bersama-sama mengubah sistem yang selama ini membiarkan praktik-praktik tersembunyi terus berulang.
Dengan pendekatan sistemik dan berkeadilan, industri hiburan Indonesia bisa menjadi lebih bersih, profesional, dan manusiawi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar