Potensi Perang Dunia Ketiga: Narasi Fiksi yang Kian Mendekati Kenyataan
Ilustrasi sejarah panjang konflik India dan Pakistan dengan latar belakang gedung PBB

Gambar Ilustrasi: Sejarah Panjang Konflik India-Pakistan dengan latar Gedung PBB

Jakarta – Minggu, 11 Mei 2025,Dalam sejarah panjang peradaban manusia, perang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dinamika politik, ekonomi, dan sosial dunia. Dua perang dunia yang terjadi di abad ke-20 telah membawa dampak luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Jutaan jiwa melayang, tatanan dunia berubah, dan luka sejarah yang dalam masih terasa hingga kini. Saat ini, ketika dunia tampak lebih terhubung secara digital dan mengedepankan perdamaian melalui diplomasi, ancaman akan perang global justru kembali mengemuka. Potensi terjadinya Perang Dunia Ketiga menjadi topik hangat di kalangan analis geopolitik, jurnalis, bahkan para penulis fiksi politik. Yang menarik, narasi fiksi yang dulunya dianggap khayalan kini semakin terasa nyata.

“Mankind must put an end to war, or war will put an end to mankind.” — John F. Kennedy

Skenario Fiksi yang Mewujud dalam Fakta

Beberapa penulis dari berbagai negara telah merangkai kisah fiksi yang menggambarkan bagaimana Perang Dunia Ketiga bisa meletus. Salah satunya adalah Hamfrey Hski yang menulis novel berjudul Dragon Fire. Novel tersebut mengisahkan bagaimana konflik antara India dan Pakistan dapat menjadi pemantik perang global. Bahkan, buku ini diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Apa yang dulunya hanya cerita fiksi, kini mencuat kembali karena ketegangan antara dua negara bertetangga tersebut kembali membara.

David Sanger, jurnalis dan analis kebijakan luar negeri, dalam bukunya New Cold War menjelaskan skenario perang global yang bermula dari konflik Rusia-Ukraina. Ia menulis bahwa invasi militer Rusia bisa memicu keterlibatan NATO dan negara-negara Barat, membuka jalan menuju konflik berskala global.

“What begins as a regional confrontation can spiral, in a matter of days, into a global standoff.” — David Sanger

Yuval Noah Harari, penulis asal Israel yang dikenal lewat karyanya Sapiens, mengangkat konflik Israel-Palestina sebagai sumber potensial pecahnya perang dunia. Dalam analisisnya, konflik berkepanjangan di Timur Tengah yang melibatkan aktor negara dan non-negara dapat dengan mudah menyulut perang lintas batas dan menyeret negara besar ke dalamnya.

“The most dangerous thing about an imaginary threat is that it can become a self-fulfilling prophecy.” — Yuval Noah Harari

Sementara itu, novel 2034 karya Elliot Ackerman dan James Stavridis menggambarkan bahwa Perang Dunia Ketiga dimulai ketika China mencaplok Taiwan. Langkah ini memicu respons keras dari Amerika Serikat. Di dunia nyata, skenario ini mulai menunjukkan relevansinya.

Penulis Anne Jacobsen dalam buku Nuclear War menyoroti risiko penggunaan senjata nuklir oleh negara-negara yang memiliki kepemimpinan yang tidak terduga dan kebijakan luar negeri yang agresif.

Terakhir, Richard Esterman membahas konflik Iran-Israel dalam buku Iran-Israel Conflict. Ia memprediksi bahwa pertikaian berkepanjangan dan potensi serangan terhadap fasilitas nuklir Iran bisa menjadi awal dari perang global yang lebih luas.

“War is merely the continuation of politics by other means.” — Carl von Clausewitz

Ketegangan yang Semakin Nyata

Semua skenario yang ditulis oleh para penulis tersebut kini menemukan pantulannya dalam kenyataan. Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung dengan ribuan korban. Konflik Israel dan Palestina kembali membara. Ketegangan China dan Taiwan meningkat dengan latihan militer yang semakin agresif. Iran dan Israel saling menuduh dan bersiap menyerang. Bahkan konflik India-Pakistan kini kembali memanas.

Yang menjadi keprihatinan utama adalah minimnya kesadaran global bahwa semua titik api ini berpotensi menjalar menjadi konflik besar. Dunia seolah terbiasa dengan konflik lokal dan tidak lagi melihat bahwa keterkaitan antarnegara begitu kuat sehingga satu konflik regional dapat menimbulkan efek domino global.

“Those who fail to learn from history are doomed to repeat it.” — Winston Churchill

Bahaya Senjata Nuklir dan Strategi Pembalasan

Perang nuklir merupakan mimpi buruk umat manusia. Senjata yang dikembangkan selama Perang Dingin itu kini dimiliki oleh beberapa negara, termasuk Rusia, Amerika Serikat, China, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara. Doktrin yang dianut oleh sebagian besar negara pemilik senjata nuklir adalah "mutual assured destruction" atau kehancuran bersama jika salah satu pihak memulai serangan.

“The prospect of nuclear conflict, once unthinkable, is now back within the realm of possibility.” — António Guterres (Sekjen PBB)

Satu serangan nuklir akan memicu respons balasan yang sama atau lebih besar. Dalam hitungan menit, puluhan kota bisa musnah, jutaan nyawa melayang, dan kehidupan manusia seperti yang kita kenal hari ini bisa lenyap. Ancaman ini bukan sekadar retorika.

Baca juga:

India-Pakistan: Titik Kritis yang Terabaikan

Konflik antara India dan Pakistan mungkin tidak selalu menjadi sorotan utama media internasional, namun dari segi risiko, konflik ini adalah salah satu yang paling berbahaya. Berikut beberapa alasan kuat mengapa situasi di Asia Selatan patut menjadi perhatian utama dunia:

  • Kemiskinan dan Potensi Tindakan Nekat
    India dan Pakistan memiliki populasi besar dengan tantangan ekonomi yang serupa. Negara-negara yang menghadapi tekanan internal semacam ini cenderung mengambil langkah nekat, terutama jika nasionalisme dan tekanan publik meningkat.
  • Keterbatasan Jalur Diplomatik
    Tidak seperti konflik lain yang memiliki mediator internasional atau forum dialog permanen, India dan Pakistan kerap menyelesaikan perselisihan secara sepihak. Tanpa jalur komunikasi yang jelas, potensi salah paham semakin besar.
  • Sengketa Air: Sungai Indus
    Sungai Indus menjadi sumber utama air bagi jutaan warga Pakistan. Namun, hulu sungai ini berada di wilayah India. Jika India menghentikan aliran sungai atau membangun bendungan besar yang mengurangi debit air ke Pakistan, maka hal itu bisa memicu krisis kemanusiaan.
  • Kashmir: Luka Sejarah yang Menganga
    Kashmir adalah wilayah paling diperebutkan sejak pemisahan India dan Pakistan pada 1947. Ketegangan etnis dan agama, serta tindakan represif oleh militer India, terus memicu ketidakstabilan. Setiap insiden kecil bisa berkembang menjadi konflik besar.

Dimensi Sejarah yang Membentuk Permusuhan

Permusuhan antara India dan Pakistan tidak hanya tentang perbatasan, tetapi juga akar sejarah panjang. Sejak masa kolonial Inggris, perpecahan berbasis agama dan etnis telah menjadi bagian dari strategi pecah-belah. Ketika India merdeka, pembagian wilayah berdasarkan agama memicu perpindahan besar-besaran, pembantaian, dan kekerasan.

“If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor.” — Desmond Tutu

Menjaga Kedamaian Dunia

Namun, tetap ada harapan. Masyarakat dunia perlu lebih sadar dan proaktif dalam menyelesaikan ketegangan ini. Diplomasi multilateral harus diperkuat. Masyarakat internasional harus lebih peduli terhadap potensi ancaman perang dunia dan menyadari bahwa satu peristiwa bisa menghancurkan segalanya.

Sejarah mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati. Perang Dunia Pertama dan Kedua tidak terjadi dalam sekejap. Mereka dimulai dari konflik-konflik kecil yang berkembang hingga tak terkendali. Ke depan, tantangan terbesar umat manusia adalah bagaimana mencegah konflik besar yang bisa menghancurkan tatanan dunia. Ini bukanlah waktu untuk meremehkan potensi perang global.

Baca juga:

Daftar Pustaka / Referensi

  • Guru Gembul Channel. (2025). Potensi Perang Dunia Ketiga: Realita dari Narasi Fiksi. [Video]. YouTube. Diakses pada 10 Mei 2025.
  • Hski, H. (2000). Dragon Fire. HarperCollins Publishers.
  • Sanger, D. E. (2022). The New Cold War. Random House.
  • Harari, Y. N. (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. Harper.
  • Ackerman, E. & Stavridis, J. (2021). 2034: A Novel of the Next World War. Penguin Press.
  • Jacobsen, A. (2024). Nuclear War: A Scenario. Penguin Random House.
  • Esterman, R. (2023). Iran-Israel Conflict: The Road to Global Tensions. Lexington Books.
  • United Nations. (2022). Remarks by Secretary-General António Guterres on global nuclear risks. UN.org.
  • Clausewitz, C. v. (1832). On War. Translated by Michael Howard and Peter Paret, Princeton University Press.

© 2025 Amsor TV. Semua hak cipta dilindungi undang-undang.