
Kashmir, India, 11 Mei 2025 — Ketegangan yang telah melanda kawasan Asia Selatan selama beberapa pekan terakhir mulai mereda, setidaknya untuk sementara waktu. Pada Sabtu (10/5), India dan Pakistan secara resmi sepakat untuk mengimplementasikan gencatan senjata baru, hasil dari mediasi maraton yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Kesepakatan ini memberikan harapan baru bagi kawasan yang telah lama dilanda ketegangan, meskipun tantangan menuju perdamaian jangka panjang masih terasa sangat besar.
Gencatan senjata ini tercapai setelah salah satu eskalasi militer paling serius dalam beberapa dekade terakhir. Ketegangan meningkat tajam setelah serangkaian insiden di sepanjang Garis Kontrol (LoC) — perbatasan de facto antara wilayah Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan. Insiden saling tembak dan peluncuran artileri dalam beberapa minggu terakhir telah memaksa ribuan warga sipil mengungsi dan memicu kekhawatiran akan pecahnya perang terbuka antara dua negara bersenjata nuklir ini.
Mediasi Intensif Amerika Serikat
Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan hasil dari serangkaian pertemuan diplomatik yang intensif yang digalang oleh Washington. Penasihat Keamanan Nasional AS, Lisa Graham, dalam konferensi pers di Washington, menyatakan bahwa “kedua pihak menunjukkan kesediaan untuk meredakan ketegangan demi stabilitas regional dan kemanusiaan.”
Proses negosiasi yang berlangsung selama lebih dari dua minggu melibatkan utusan khusus dari AS, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Menurut laporan Al Jazeera, diplomat AS melakukan shuttle diplomacy, berpindah antara New Delhi dan Islamabad, demi mempertemukan kepentingan kedua pihak yang sangat bertolak belakang.
Tuduhan Pelanggaran di Jam-Jam Awal Gencatan Senjata
Hanya beberapa jam setelah perjanjian gencatan senjata diberlakukan, kedua negara langsung saling menuduh satu sama lain melanggar kesepakatan yang baru saja disepakati. Di Srinagar, ibu kota musim panas wilayah Kashmir yang dikelola oleh India, dikutip dari Al Jazeera menyebutkan bahwa situasi sempat kembali memanas akibat ledakan-ledakan yang terdengar di beberapa titik sepanjang perbatasan.
"Pada malam pengumuman gencatan senjata, dentuman keras terdengar dan objek yang tampak seperti proyektil melintas di langit. Warga panik dan berlarian mencari tempat aman. Namun, beberapa jam kemudian, situasi kembali relatif tenang. Kehidupan mulai kembali normal, terutama di desa-desa perbatasan, meskipun banyak warga yang masih merasa cemas."
Juru bicara militer Pakistan menyatakan bahwa pasukan India melanggar kesepakatan dengan melepaskan tembakan mortir ke wilayah Neelum Valley, sementara pihak India menuding militer Pakistan melakukan penyusupan militan ke wilayah Kashmir mereka. Tuduhan saling serang ini memperlihatkan betapa rapuhnya kesepakatan gencatan senjata ini di lapangan.
Baca juga:
👉 Perang Dunia Ketiga Dari Narasi Menjadi Kenyataan
Reaksi Internasional dan Tantangan Ke Depan
Komunitas internasional menyambut baik kesepakatan ini, meskipun banyak pihak menyuarakan kehati-hatian. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam pernyataan resminya mengapresiasi komitmen kedua negara namun menekankan pentingnya implementasi yang konsisten dan dialog berkelanjutan.
Sementara itu, China dan Rusia yang juga memiliki kepentingan geopolitik di kawasan menyerukan agar kedua negara menahan diri dan membuka jalur komunikasi militer langsung untuk menghindari kesalahpahaman. Para analis dari International Crisis Group menyebutkan bahwa tanpa komitmen jangka panjang dan pengawasan internasional, gencatan senjata ini berisiko runtuh seperti perjanjian serupa di masa lalu.
Dampak Terhadap Warga Sipil
Meskipun ketegangan kembali mereda, sekitar 5.000 orang dilaporkan masih berada di pusat-pusat penampungan sementara. Sebagian besar adalah warga desa perbatasan yang rumahnya rusak akibat tembakan artileri dalam beberapa pekan terakhir.
“Kami berharap gencatan senjata ini bertahan. Kami ingin pulang, tapi kami takut pertempuran bisa meletus lagi kapan saja,” ujar Bashir Ahmed, salah satu warga di pusat pengungsian Uri, dikutip dari laporan lapangan Al Jazeera.
Organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah Internasional dan Médecins Sans Frontières telah meningkatkan kehadiran mereka di wilayah konflik untuk memberikan bantuan medis dan logistik bagi warga sipil terdampak.
Langkah-Langkah Selanjutnya
Pejabat tinggi dari kedua negara telah bersepakat untuk membentuk komite gabungan guna memantau implementasi gencatan senjata dan membahas langkah-langkah rekonsiliasi. Agenda yang direncanakan termasuk pertukaran tahanan, pengurangan pasukan di perbatasan, serta pembukaan kembali jalur perdagangan lintas perbatasan.
“Kami tidak bisa terus hidup dalam ketakutan selamanya. Gencatan senjata ini harus diikuti dengan dialog tulus,” ujar Profesor Ayesha Khan, pakar hubungan internasional Universitas Punjab, dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Laporan ini disusun berdasarkan sumber dari Al Jazeera, International Crisis Group, dan berbagai pihak terkait.
Catatan Penulis:
Gencatan senjata ini adalah langkah awal menuju perdamaian yang lebih stabil. Namun tantangan besar dalam membangun kepercayaan dan menyelesaikan akar konflik masih membayangi. Pencapaian yang rapuh ini perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah konkret yang memastikan perdamaian tidak hanya bersifat sementara.
Tidak ada komentar
Posting Komentar