Ilustrasi digital Presiden Donald Trump dalam sorotan politik Amerika, dengan latar bendera AS dan elemen diplomasi global.
Ilustrasi menggambarkan sorotan terhadap kepemimpinan Donald Trump dalam 100 hari kedua masa jabatannya, menyoroti isu ekonomi, diplomasi, dan perpecahan politik Amerika Serikat


Washington, D.C. — Saat Presiden Donald Trump menandai lebih dari 100 hari masa jabatannya untuk periode kedua, Amerika Serikat kembali terbelah dalam menilai arah dan pencapaian pemerintahannya. Dalam sebuah diskusi yang mendalam, Steve Clemens berbicara dengan James Davis, mantan pejabat Departemen Pertahanan dan ahli strategi Partai Republik, serta Joel Rubin, mantan Wakil Asisten Menteri Luar Negeri di era Obama dan politisi Partai Demokrat, untuk menyoroti bagaimana pemerintahan Trump telah membentuk lanskap politik dan ekonomi Amerika saat ini.

Pencapaian dan Gagal Capaian Trump: Perspektif Partai Republik

Menurut James Davis, tidak ada keraguan bahwa Presiden Trump memenuhi janji awalnya: mengguncang Washington. “Kalau soal mengguncang tempat ini, saya pikir semua pihak sepakat. Apa yang dia lakukan dalam 100 hari ini tak ada presedennya dalam eksekutif action,” ujar Davis. Trump telah menyampaikan sejumlah janji kampanye melalui serangkaian tindakan eksekutif yang agresif, terutama di bidang ekonomi dan kebijakan perdagangan.

Davis menyoroti dua fokus utama pemerintahan Trump dalam ekonomi: tarif dan perang dagang, serta upaya permanenisasi pemotongan pajak 2017. “Di bidang perdagangan, belum ada strategi yang jelas. Tapi dia berhasil membawa banyak negara ke meja perundingan, yang bisa membuka peluang kesepakatan dagang yang lebih menguntungkan Amerika,” katanya. Meski demikian, ia mengakui bahwa ketidakpastian akibat kebijakan tarif menciptakan tantangan bagi investasi bisnis.

Baca juga: Perang Dagang Amerika, Cina, dan Rusia: Dampaknya Terhadap Ekonomi Global

Davis juga menekankan keberhasilan Trump dalam menekan angka imigrasi ilegal yang sempat melonjak di era Biden. “Itu salah satu janji yang dia penuhi. Tapi tentu ada perdebatan soal proses hukum bagi imigran legal dan non-AS,” tambahnya.

Tuduhan Kekacauan dan Kritik Demokrat

Dari sisi Demokrat, Joel Rubin menilai pemerintahan Trump telah membawa Amerika pada kekacauan yang membahayakan stabilitas ekonomi dan konstitusional. “Para pemilih yang dulu memilih Trump kini menyesal. Mereka tidak menginginkan penghapusan Jaminan Sosial, pemangkasan Medicaid, perang tarif yang menghancurkan ekonomi, dan kebijakan yang mengancam 401(k) mereka,” kata Rubin.

Rubin juga mengkritik ketergantungan Trump pada perintah eksekutif tanpa konsultasi dengan Kongres, seraya membandingkannya dengan Barack Obama yang menggunakan perintah eksekutif sebagai jalan terakhir setelah menemui kebuntuan di Kongres. “Trump tidak hanya mem-bypass Kongres. Ia juga menandatangani perintah eksekutif yang bertentangan dengan Konstitusi, seperti penghapusan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran,” ujarnya.

Rubin menambahkan bahwa Partai Demokrat perlu mengakui kesalahannya karena gagal memahami kecemasan ekonomi kelas pekerja yang berpaling ke Trump pada pemilu lalu. “Kami mengacaukannya. Kami kalah karena gagal memahami keresahan rakyat soal pekerjaan, inflasi, dan biaya hidup,” katanya.

Isu Inflasi dan Kebijakan Ekonomi

Perdebatan semakin hangat ketika menyentuh soal inflasi dan PDB. Davis menilai inflasi yang tinggi di era Biden telah mereda di bawah Trump, berkat pendekatan fiskal yang lebih ketat dan pemotongan pajak. Namun Rubin menolak klaim tersebut, menyebut data PDB kuartal terakhir justru menunjukkan penurunan yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump. “Tidak ada strategi jelas untuk mengendalikan inflasi. Tarif justru menaikkan harga dan menciptakan ketidakpastian,” tegas Rubin.

Davis membalas bahwa penurunan jangka pendek dalam PDB adalah harga yang harus dibayar dalam negosiasi ulang perjanjian dagang yang bisa menguntungkan Amerika dalam jangka panjang. “Jika kita bisa menurunkan hambatan perdagangan seperti tarif susu Kanada, itu kemenangan besar bagi petani dan pelaku industri Amerika,” katanya optimistis.

Kebijakan Luar Negeri: Gaza, Ukraina, dan Iran

Bagian penting dari penilaian 100 hari kedua Trump adalah janji kampanyenya untuk mengakhiri perang di Gaza dan Ukraina, serta kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran. Menurut Davis, prospek tercapainya kesepakatan Iran cukup besar meski rumit. “Jika kita bisa membawa semua pihak ke meja perundingan dan membuat kesepakatan yang lebih kuat, itu kemenangan diplomatik besar,” katanya.

Baca juga: Trump, Netanyahu, Gaza, dan Iran: Strategi Baru di Timur Tengah

Namun Rubin menilai upaya Trump untuk menghidupkan kembali kesepakatan Iran ironis, mengingat dialah yang dulu menarik diri dari kesepakatan nuklir yang dibuat Obama. “Dia kembali ke kerangka kerja yang sama, tapi kali ini tanpa leverage tambahan. Itu menempatkan Israel dan kawasan dalam situasi berbahaya,” katanya.

Rubin juga mempertanyakan komitmen Trump untuk mengakhiri perang di Gaza dan Ukraina. “Dia justru mengambil poin pembicaraan Vladimir Putin soal Ukraina dan meninggalkan rakyat Palestina,” tegasnya.

Arah Amerika: Menuju Pemilu dan Masa Depan

Diskusi berakhir dengan kesimpulan bahwa Amerika saat ini berada dalam persimpangan sejarah yang genting. Bagi pendukung Trump, masa sulit yang sedang dialami akan membawa manfaat jangka panjang. Mereka melihat Trump sebagai pemimpin sekali seumur hidup yang berani mengambil langkah radikal untuk mengubah status quo. Sebaliknya, bagi para penentangnya, kebijakan Trump berisiko menjerumuskan Amerika ke dalam krisis ekonomi dan politik yang lebih dalam.

James Davis menutup dengan pandangan bahwa Partai Demokrat belum mampu menawarkan narasi tandingan yang meyakinkan. “Selama mereka lebih fokus pada perang asing, pengiriman uang ke luar negeri, dan mendukung imigran ilegal ketimbang rakyat biasa, mereka akan terus kalah dari Trump,” katanya.

Joel Rubin, di sisi lain, menegaskan bahwa tantangan Demokrat saat ini adalah merebut kembali kepercayaan kelas pekerja dengan menawarkan kebijakan ekonomi yang realistis dan manusiawi. “Kami harus lebih jujur soal bagaimana berinvestasi pada keluarga pekerja dan komunitas yang tertinggal. Itu cara kami kembali,” tutupnya.

Dengan pemilu yang semakin mendekat, jelas bahwa perdebatan tentang arah Amerika akan terus memanas, dan keputusan rakyat akan menentukan apakah pendekatan Trump akan bertahan atau menghadapi arus perubahan.

Catatan Penulis:
Artikel ini disusun secara orisinal berdasarkan interpretasi, rangkuman, dan analisis dari diskusi publik yang ditayangkan dalam video Al Jazeera English. Semua isi telah ditulis ulang dengan sudut pandang editorial unik, tanpa menyalin atau mereproduksi langsung materi audio visual dari sumber tersebut.

Hak cipta dan hak distribusi tulisan ini berada di bawah pengelolaan [AMSOR TV]. Dilarang menyalin sebagian atau seluruh isi tanpa izin tertulis.