Kebangkitan Mongolia: Dari Kekejaman hingga Kekuasaan Terbesar dalam Sejarah

Mongolia, sebuah negeri luas yang terbentang dari Gurun Gobi hingga pegunungan Altai, pernah mengguncang dunia dengan kekejaman yang luar biasa. Di awal abad ke-13, bangsa Mongol di bawah kepemimpinan Jenghis Khan membangun kekaisaran darat terbesar dalam sejarah manusia.

Kebrutalan mereka dikenal luas. Salah satu peristiwa paling mengerikan terjadi pada tahun 1221 ketika kota Nishapur dihancurkan sebagai balas dendam atas kematian menantu Jenghis Khan. Lebih dari 1,7 juta nyawa melayang. Di tahun 1258, Bagdad yang kala itu pusat ilmu pengetahuan Islam, diluluhlantakkan hingga Sungai Tigris dikabarkan mengalir darah.

Pada puncaknya di tahun 1279, Kekaisaran Mongol membentang sejauh 33 juta kilometer persegi—mencakup 22% daratan dunia, meliputi Cina, Asia Tengah, Timur Tengah, hingga Eropa Timur.

Ilustrasi pasukan berkuda Mongolia sedang bertempur di padang rumput luas
Ilustrasi: Pemanah Mongol mahir menembak dari berbagai posisi

Mesin Perang Mongol: Perpaduan Kuda dan Busur yang Mematikan

Kunci kekuatan Mongol terletak pada dua hal: kuda dan busur. Bangsa Mongol dikenal sebagai penunggang kuda terbaik dalam sejarah. Anak-anak dilatih sejak dini untuk menunggang dan bertarung dari atas kuda.

Kuda Mongolia kecil namun tangguh, mampu menempuh jarak hingga 100 km sehari tanpa makanan tambahan. Ini memberikan mobilitas luar biasa dalam pertempuran.

Pemanah Mongol mahir menembak dari berbagai posisi, bahkan dari belakang sambil mundur. Dengan busur komposit pendek yang kuat, mereka menembakkan panah yang mampu menembus baju zirah dari jarak jauh.

  • Pemanahan sambil mundur untuk mengecoh lawan.
  • Serangan dari berbagai sudut menggunakan kelenturan tubuh dan kuda.
  • Menggunakan kuda sebagai perisai alami.
  • Busur komposit khas Mongol yang mematikan.

Strategi Militer dan Struktur Kekuasaan yang Disiplin

Mongol menerapkan sistem militer berbasis desimal: arban (10), jagun (100), mingghan (1.000), hingga tumen (10.000). Mereka juga mengandalkan mata-mata dan pengintai untuk intelijen sebelum menyerang.

Seni perang ini masih dilestarikan melalui festival Naadam, di mana memanah sambil berkuda menjadi ajang utama yang menunjukkan kelestarian seni militer Mongolia.

Baca juga:
šŸ‘‰ De Grote Postweg: Cikal Bakal Jalur Pantura yang Sarat Sejarah

Kuda: Jiwa dan Jantung Bangsa Mongolia

Mongolia memiliki lebih dari 3 juta kuda, hampir setara dengan jumlah penduduknya. Kuda adalah bagian vital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat nomaden: sebagai transportasi, sumber susu, daging, hingga simbol status.

Minuman tradisional airak (susu kuda fermentasi) menjadi bagian penting dalam budaya mereka. Sekitar 25–30% penduduk masih hidup secara nomaden, tinggal di Ger, tenda bulat khas Mongolia yang tahan cuaca ekstrem.

Persia: Jejak Peradaban Tertua di Tengah Arus Dunia

Berpindah ke peradaban Persia, bangsa ini juga menciptakan salah satu kekaisaran terbesar dunia, yaitu Kekaisaran Achaemenid yang didirikan oleh Cyrus the Great pada abad ke-6 SM.

Kekaisaran ini menguasai wilayah dari Balkan hingga Lembah Indus. Salah satu warisan penting adalah Silinder Cyrus, piagam hak asasi manusia pertama yang memberikan kebebasan beragama kepada rakyatnya.

Bahasa Persia bahkan memengaruhi banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia dengan kata serapan seperti “bandar”, “menara”, “arak”, dan “topan”.

Raja-Raja Persia dalam Sejarah dan Budaya Populer

Raja Xerxes I, yang terkenal dalam film 300, meskipun digambarkan secara dramatis, adalah tokoh nyata dalam sejarah pertempuran Thermopylae (480 SM), melawan Raja Leonidas dari Sparta. Meski Persia menang secara militer, perlawanan Sparta menjadi simbol pengorbanan dan keberanian.

Kekaisaran Persia akhirnya runtuh pada 330 SM setelah ditaklukkan oleh Alexander Agung. Namun jejak peradaban Persia terus hidup dalam dinasti berikutnya seperti Parthia dan Sasanid, dan tetap menjadi kekuatan besar di dunia kuno.

Kesimpulan: Dua Bangsa, Dua Warisan Dunia

Mongolia dan Persia adalah dua bangsa besar yang pernah mengguncang dan membentuk dunia. Mongolia dengan kecepatan dan keahlian militer nomadennya, Persia dengan diplomasi dan toleransi yang luar biasa.

Hari ini, keduanya meninggalkan warisan budaya, militer, dan sosial yang tetap hidup dan terus dipelajari oleh generasi masa kini.

Dari sabana Mongolia hingga dataran tinggi Persia, dunia telah menyaksikan bagaimana dua bangsa besar mengukir sejarah dengan cara yang berbeda, namun sama kuatnya dalam membentuk peradaban manusia.

šŸ“š Daftar Referensi